
Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Di Kabupaten Pelalawan, Riau, tradisi tenun merupakan bagian penting dari budaya lokal. APR (Asia Pacific Rayon), sebagai produsen viscose rayon yang berbasis di Riau, berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat setempat, khususnya mparan, Rumah Tenun Pulau Payung bekerja di bawah supervisi Yulhendra, yang lebih akrab disapa Ira. Tim tenun mereka baru dibentuk pada Januari 2024, berawal dari ide suaminya, Usman Hakim, seorang tokoh masyarakat Pelalawan.
Didukung APR, Ira dan Usman bertekad untuk mengangkat tenun Pulau Payung sebagai tenun khas daerah mereka. “Jadi, ada kesepakatan, lantaran kami insya Allah tempat ada. APR pun mendukung kami sampai sekarang bisa berdiri seperti ini,” ujar Ira. Ira dan Usman juga berharap tenun Riau dapat menjadi pilihan buah tangan wisatawan.
Di Rumah Tenun Pulau Payung, para penenun bekerja dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), yang memerlukan keahlian dan ketelitian tinggi untuk mengolah benang dan menciptakan motif-motif tenun yang khas, terinspirasi dari cerita rakyat lokal.

Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Sejak awal tahun 2024, APR telah memberikan pelatihan, alat tenun, dan benang viscose kepada Rumah Tenun Pulau Payung. Dukungan ini termasuk studi banding ke Rumah Tenun Wan Fitri di Pekanbaru dan kunjungan rutin tim ahli tenun APR untuk memastikan kemajuan dan kualitas produk.
“Kita panggil setiap minggu. Tim ahli tenun setiap minggu datang ke sini untuk melihat perkembangan, memberikan gambaran tentang bagaimana mengawinkan warna dan menaruh motif,” jelas Community Development Operation Manager APR, Sundari Berlian.

Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Salah satu inovasi penting di Rumah Tenun Pulau Payung adalah penggunaan benang viscose. Benang viscose digunakan sebagai sisipan dalam tenunan, memberikan kualitas dan keistimewaan pada kain, karena bahan viscose menghasilkan warna yang lebih cerah dan tekstur yang halus. Misalnya, benang viscose putih yang digunakan bersama benang katun dasar hitam menghasilkan kain tenun berwarna abu-abu yang menarik. Penggunaan bahan viscose juga mendukung prinsip keberlanjutan karena viscose dapat terurai secara alami, sehingga menambah nilai pada karya tenun mereka.
Rumah Tenun Pulau Payung pun telah masuk ke pasar komersial. Produk hasil tenun yang menggunakan bahan viscose APR mulai mendapatkan perhatian sebagai oleh-oleh dan suvenir khas Pelalawan, dengan harga bervariasi dari Rp600 ribu hingga Rp1 juta, tergantung pada tingkat kesulitan motif. Karya mereka juga mulai dipromosikan di media sosial melalui akun Instagram @rumahtenunpulaupayung untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Memberdayakan komunitas lokal dan memperkenalkan bahan viscose dalam industri tenun sejalan dengan komitmen keberlanjutan APR2030 dalam Inclusive Prosperity untuk menjadikan Riau sebagai pusat tekstil. Dengan visi ini, APR berharap dapat mempromosikan perajin Riau ke tingkat yang lebih tinggi di Indonesia dan bahkan di dunia.