Berani Bermimpi: Dua Pengusaha Wanita Lokal Raih Beasiswa IFI | Asia Pacific Rayon Skip to main content

Salah satu kunci sukses seorang entrepreneur adalah terus belajar skill baru agar bisa beradaptasi menghadapi perubahan zaman.

Seperti halnya Eka dan Lily, dua pengusaha muda yang selalu melihat diri mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat hingga berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di Islamic Fashion Institute di Bandung, Jawa Barat, sebagai bagian dari program kerja sama dengan Asia Pacific Rayon (APR).

Bagaimana mereka bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar lebih banyak tentang fesyen di perguruan tinggi? Keterampilan baru apa yang akan mereka kembangkan dari beasiswa sekolah fesyen? Mari kita dengarkan kisah mereka.

 

Eka dan Jas ‘The Kingsman’

Eka Lestari, 24 tahun, bingung akan langkah selanjutnya yang harus ia ambil ketika lulus SMA pada tahun 2016. Ia menyadari situasi keuangan keluarganya saat itu tidak memungkinkan untuknya langsung melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi Eka menolak untuk tinggal diam.

Eka mengikuti kursus menjahit selama satu bulan yang ditawarkan oleh Departemen Community Development APRIL, yang menurutnya, “sudah lebih dari cukup untuk memberi keterampilan dan kepercayaan diri yang saya butuhkan untuk memulai bisnis saya sendiri dari rumah.”

Setelah dua tahun menjalankan usahanya sendiri di desa Dayun, kampung halamannya, Eka mampu menghidupi keluarganya dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi untuk meraih gelar sarjana dalam studi Ilmu Perpustakaan.

“Saya selalu mengira bahwa menjadi pegawai negeri adalah cita-cita saya. Saya tidak tahu betapa pentingnya bisnis menjahit bagi hidup saya sampai saya menyelesaikan kuliah pada bulan Oktober 2022,” kata Eka.

Alih-alih mendaftar sebagai PNS setelah lulus, Eka mempertimbangkan untuk mengembangkan keterampilan menjahitnya seiring meningkatnya permintaan dalam bisnisnya.

“Sebagian besar klien saya adalah pegawai pemerintah dan aparat penegak hukum. Saya sadar bahwa menjahit jas membutuhkan keahlian lebih tinggi. Dan saya tahu saya perlu belajar lebih banyak jika ingin membuat klien saya terlihat menawan mengenakan pakaian yang saya buat untuk mereka,” katanya.

“Seperti para jagoan dalam The Kingsman, jika Anda pernah menonton film itu, saya ingin mereka mengenakan pakaian yang luar biasa,” tambah Eka.

Saat itulah ia mengetahui tentang program beasiswa yang dijalankan atas kerja sama antara APR dan Islamic Fashion Institute (IFI) di Bandung, Jawa Barat.

“Saya tidak bisa meminta kesempatan yang lebih baik. Saya melamar beasiswa pada September 2022 dan menjadi salah satu dari dua pebisnis wanita yang lolos proses seleksi selama dua bulan. Bagi saya, kesempatan seperti ini adalah anugerah,” kata Eka seraya melanjutkan, “setelah saya menyelesaikan studi saya di sini, saya akan menjadi penjahit jas terbaik di Riau!”

 

Lily dan Mimpi Menggapai Dior

Lily, seorang pebisnis berusia 25 tahun, bersyukur atas kesempatan untuk mengejar ambisinya: memulai lini pakaian sendiri, berkat beasiswa yang diterimanya dari IFI.

“Sama seperti Eka, saya mengikuti pelatihan menjahit dasar APRIL pada 2016. Pelatihan ini mempersiapkan saya untuk membantu ibu saya mengoperasikan L’Modiste, bisnis menjahit keluarga kami. Tapi, saya tahu saya ingin berbuat lebih banyak,” jelasnya.

Menurut Lily, kompetisi membuat desain busana muslimah dengan berbagai tema merupakan faktor yang menggaetnya untuk mengikuti proses seleksi beasiswa.

“Saya sangat menyukai proses kreatif. Syarat dalam proses seleksi beasiswa menginstruksikan saya untuk menggambar pakaian muslimah dengan tema olahraga, pakaian formal, dan pakaian sehari-hari, dan memberikan deskripsi singkat tentang setiap konsep.” dia menjelaskan.

Lily mengaku jarang memiliki kesempatan untuk menggunakan imajinasinya dalam mengerjakan pesanan pelanggan L’Modiste selama ini, jadi dia menyambut baik kesempatan untuk bereksperimen dan berkreasi. Terutama karena ia sangat mengapresiasi sisi artistik fashion kelas atas, khususnya Dior Haute Couture.

“Sebagai perempuan yang tumbuh di kabupaten kecil seperti Pelalawan, saya selalu terpesona dengan konsep haute fashion. Desain Dior sangat inventif dan menginspirasi saya untuk bermimpi besar untuk merintis rumah mode saya sendiri suatu hari nanti,” jelasnya.

Untuk itu, Lily berencana mencurahkan sebagian besar waktunya di IFI untuk mengembangkan keterampilan kreatifnya, terutama dalam berlatih membuat sketsa dan moodboard.

“Saya bahkan bisa melatih keterampilan menulis bahasa Inggris saya di sini. Skill yang sangat bermanfaat di era digital ini, di mana kita dapat membangun persona online yang akan memberikan visibilitas brand kita di pasar dunia. Ilmu ini adalah sesuatu yang belum pernah saya pertimbangkan sebelumnya,” kata Lily.

Lily berharap keterampilan yang ia pelajari di IFI akan membantunya mewujudkan mimpi untuk merintis brand fesyennya sendiri yang dapat tumbuh hingga sebesar rumah mode Dior.

 

Kolaborasi untuk mencapai kemajuan inklusif

IFI, yang didirikan pada tahun 2015, telah menghasilkan banyak perancang busana lokal yang karyanya telah mendapatkan pengakuan dunia.

“IFI hadir untuk membantu pemerintah mencapai tujuannya untuk mengubah Indonesia menjadi hub global untuk busana muslim. Untuk mendukung hal tersebut, kami membutuhkan banyak engagement dengan perusahaan-perusahaan yang peduli dengan fashion UMKM dan anak muda Indonesia,” kata Hanni Haerani, General Manager IFI dan bagian dari panitia seleksi inisiatif kerja sama beasiswa ini.

Hanni mengatakan, kedua pebisnis muda ini akan mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan label fashion yang mampu bersaing secara global. Mereka mendapatkan pelatihan membuat pola, membuat sketsa, dan menjahit. Selain itu, mereka akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk memasarkan dan menjual koleksi fesyen mereka.

Direktur APR, Basrie Kamba, mengatakan inisiatif ini akan terus berlanjut di masa mendatang. “Mereka mengukir sejarah sebagai peraih beasiswa APR pertama yang ditempatkan di IFI. Selain belajar bagaimana merancang, membuat, dan menjual barang-barang high-fashion selama empat bulan belajar di IFI, mereka juga akan mengajarkan keterampilan tersebut kepada rekan-rekan sebaya di kampung halaman mereka,” kata Basrie.

Komitmen APR2030 kami mencakup upaya Kemajuan Inklusif, dengan salah satu langkahnya melalui penyediaan kesempatan pendidikan bagi perempuan lokal berbakat untuk memulai bisnis mereka sendiri. APR sebelumnya telah bekerja sama dengan IFI dan berbagai institusi akademik untuk mengembangkan sektor tekstil lokal yang lebih inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.