Dari Riau ke Fashion Runway: Bagaimana Asia Pacific Rayon Memberdayakan Bakat Lokal | Asia Pacific Rayon Skip to main content

Didukung beragam program pengembangan masyarakat yang diinisiasikan Asia Pacific Rayon (APR), perempuan dan desainer muda di Riau semakin mengembangkan bisnisnya, serta mempopulerkan produk fesyen dan kerajinan khas Riau.

Setiap tahunnya, Asia Pacific Rayon (APR) memproduksi 300.000 ton rayon viscose berkualitas tinggi di pabriknya yang terintegrasi di Riau, Indonesia. Skala kegiatan operasional tersebut menjadikan APR salah satu kontributor utama bagi pertumbuhan sosial dan ekonomi di Riau.

Selama bertahun-tahun, Riau kian berkembang menjadi daerah yang bertumbuh pesat dan penuh peluang. Menyadari perkembangan itu, juga selaras dengan target APR2030 untuk Pertumbuhan Inklusif, APR berkomitmen untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya, dengan tujuan mentransformasi Riau menjadi pusat tekstil regional pada tahun 2030.

“Kami tahu bahwa industri tekstil kebanyakan berpusat di Pulau Jawa, khususnya di Bandung dan Solo,” kata Basrie Kamba, Presiden Direktur APR. “Karena APR beroperasi di Pelalawan, Riau, maka kami perlu memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat, khususnya para perajin dan desainer di Riau.”

batik_khumaesih_jmfw_binaan_APR_viscose_siak

APR telah mengerahkan tim Community Development untuk berkolaborasi dengan masyarakat setempat. Fokus utamanya adalah mendukung bisnis yang dimiliki perempuan dan desainer muda, sejalan dengan komitmen APR untuk memberdayakan perempuan dan mengurangi kemiskinan.

Salah satu inisiatif dari tim Community Development APR adalah dengan mengadakan kursus pelatihan yang berfokus pada pengaplikasian seni batik pada kain viscose, di mana para peserta belajar membuat motif dan menggunakan pewarna alami. Menurut Basrie, “inisiatif ini merupakan kesempatan untuk melestarikan elemen penting budaya Indonesia, sekaligus membuka akses bagi perempuan dan desainer muda Riau untuk mendapatkan keterampilan dan sumber penghasilan baru.”

batik_bono_pelalawan_binaan_APR_viscose

Siti Nurbaya telah lama menjadi perajin batik di Riau. Dengan pelatihan dari APR, ia semakin mengasah keterampilannya dan memperluas basis kliennya. Bisnisnya, Rumah Batik Andalan, telah berkembang menjadi wadah untuk memberdayakan perempuan lainnya di Pangkalan Kerinci, di mana mereka belajar membuat batik dengan dukungan dari APR. “Mereka sekarang punya penghasilan. Beberapa bahkan sudah membuka usaha batik sendiri,” kata Siti.

batik_yus_pelalawan_jmfw_binaan_APR_viscose

Yusmaini adalah salah satu dari perempuan yang diceritakan Siti, dengan merek Batik Yus Pelalawan miliknya. “Saat itu, usia saya sudah 40-an. Saya pikir sudah terlambat bagi saya untuk belajar dan memulai hal baru. Tapi ternyata saya salah. Batik adalah lembaran baru bagi saya.”

beasiswa_fashion_APR_IFI_Bandung_APR2030

Inisiatif lain dari APR adalah program beasiswa untuk calon desainer fesyen di Riau. Dua desainer muda, Eka Lestari dan Lily Masitah, terpilih untuk mendapatkan beasiswa di Islamic Fashion Institute (IFI) Bandung. “Program beasiswa di bidang fesyen ini merupakan yang pertama kali diberikan kepada calon desainer muda dari Riau,” kata Basrie.

desainer_jmfw_binaan_APR_viscose_Neeka_Siak

Eka kini menjadi pemilik Neeka Attire, yaitu usaha jahit yang bergerak di pakaian custom di Dayun, Siak, kampung halamannya di Riau. Kliennya banyak yang berasal dari lembaga pemerintahan dan pendidikan, serta warga sekitar desanya. Di usianya yang baru 25 tahun, Eka telah mempekerjakan sekaligus membimbing tiga perempuan muda dari Dayun untuk menjadi desainer seperti dirinya. “Ibu saya mengajarkan bahwa perempuan harus memiliki keterampilan agar bisa mandiri, dan saya percaya itu.”

beasiswa_fashion_SMK_busana_binaan_APR

APR juga bekerja sama dengan sekolah kejuruan fesyen di Riau untuk memberikan dukungan finansial kepada siswanya yang berbakat, seperti Della Indaludiyana. Ibu Della berperan sebagai tulang punggung keluarga mereka yang beranggotakan tujuh orang, sehingga Della menggunakan dukungan dari APR untuk membeli perlengkapan sekolah dan bahan-bahan untuk proyek menjahitnya. Proyek tersebut mendapat perhatian dari keluarga dan kerabat, dan akhirnya membuka jalan bagi Della untuk menjadi penjahit freelance. “Saya sekarang menerima pesanan, dan mulai punya penghasilan sendiri!”

Selain lembaga pendidikan, APR juga berkolaborasi dengan organisasi seperti Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Riau. Melalui program pelatihan seperti Kelas Berbagi, APR dan API Riau membantu Usaha Kecil Menengah di bidang fesyen dan desainer lokal untuk bersaing di pasar yang lebih besar. “Saya berharap beberapa peserta dapat segera tampil di panggung nasional,” kata Basrie.

jmfw_koleksi_APR2030

Harapan Basrie terwujud. Mengikuti visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion, APR berpartisipasi dalam Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024 untuk mendukung pengembangan modest fashion yang lebih berkelanjutan.

kolaborasi_jmfw_apr2030_pembatik_desainer

Untuk JMFW 2024, APR dan API bermitra dengan enam desainer dan enam perajin batik dari Riau, termasuk Siti Nurbaya, Yusmaini, dan Eka Lestari. Para desainer dan perajin perempuan yang didukung APR ini menampilkan koleksi modest fashion yang terinspirasi oleh kekayaan alam Riau, seperti Ombak Bono dan Daun Semangka. “Saya tidak pernah menyangka bisa menjadi bagian dari event sebesar ini, apalagi di usia saya,” kata Yusmaini. “Saya semakin sadar tidak ada kata terlambat.”

 

“Kolaborasi ini menunjukkan bahwa Riau memiliki potensi untuk menjadi pusat modest fashion dunia,” kata Basrie, “ditunjang oleh kreativitas para desainer dan wastranya yang khas hingga potensi pasarnya yang besar karena satu rumpun dan berdekatan dengan negara-negara tetangga.”

batik_yus_pelalawan_jmfw_binaan_APR_viscose

Ke depannya, permintaan akan kerajinan khas Riau dan produk fashion berbahan rayon viscose akan meningkat. Hal ini membuka kesempatan bagi perempuan dan desainer muda di Riau untuk berkontribusi pada sumber penghasilan yang lebih berkelanjutan di Riau, Indonesia, bahkan dunia.

Sejalan dengan target APR2030 untuk mengembangkan Riau menjadi pusat tekstil Indonesia, APR terus berupaya untuk menghubungkan bisnis lokal dengan pasar industri tekstil, serta mengadakan program pelatihan dan beasiswa untuk menambah keterampilan, pengalaman, serta lapangan pekerjaan.